Makalah Hubungan Manusia dengan Motivasi
dan Emosi
Oleh :
Giovanni Christine Tardy
NIM : 1801399900
Fakultas Humaniora
Jurusan
Psikologi
2014
ABSTRAK
Manusia adalah makhluk sosial dan
memiliki beragam kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjamin kelangsungan
hidupnya. Proses pemenuhan kebutuhan manusia banyak dipengaruhi oleh motivasi.
Motivasi dalam perannya adalah faktor ekstrinsik dan intrinsik dalam memainkan
emosi manusia.
Tujuan dari dibuatnya makalah ini
adalah mencari hubungan yang ada antara motivasi dan emosi. Metode penelitian
yang dilakukan dengan cara studi pustaka. Hasil yang didapat dari penelitian
dalam makalah ini adalah adanya kaitan yang erat antara motivasi dan emosi
dalam kelangsungan hidup manusia.
Kata kunci : motivasi, emosi, manusia
Daftar Isi
Halaman Judul.................................................................................................................................. i
ABSTRAK........................................................................................................................................ ii
Bab I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Motivasi dan emosi memainkan peran
penting dalam hidup manusia. Adanya kaitan yang erat antara hidup manusia
dengan motivasi dan emosi disebabkan
oleh kemampuan yang dimiliki oleh motivasi untuk memainkan emosi yang dimiliki
manusia. Manusia mampu menunjukkan emosi yang beragam dengan satu kondisi yang
sama. Keberagaman emosi dan motivasi yang dimiliki manusia menjadi suatu ciri
khas dan keunikan dalam kehidupan manusia. Ada manusia yang merasa bahagia
dengan memiliki banyak harta dan uang, ada manusia yang merasa bahagia hanya
dengan menolong orang lain. Berbagai macam faktor dan keadaan yang mampu
membentuk manusia. Motivasi dan emosi adalah contoh dari faktor-faktor yang
dapat membentuk seorang manusia.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa itu motivasi dan emosi?
2. Apa saja jenis motivasi dan emosi oleh
para ahli?
1. 3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu,
Logika dan Penulisan Ilmiah.
2. Menambah wawasan dalam ilmu psikologi.
Bab II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Secara etimologis, motivasi berasal
dari Bahasa Inggris motivation dengan
kata dasar motive yang artinya adalah tujuan. Jadi motivasi dapat dikatakan
sebagai tujuan atau sebab seseorang melakukan suatu tindakan atau dapat juga
mendasari seseorang berperilaku dan mempengaruhi cara pandang seorang terhadap
dunia.
Menurut Laura King motivasi adalah suatu gaya atau kekuatan yang dapat mempengaruhi pemikiran, tingkah laku dan perasaan seseorang (King, 2011). “Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu” (Ghullam Handu, Lisa Agustina, 2011). Menurut Taidin ada beberapa definisi motivasi (Suhaimin, 2014):
Menurut Laura King motivasi adalah suatu gaya atau kekuatan yang dapat mempengaruhi pemikiran, tingkah laku dan perasaan seseorang (King, 2011). “Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu” (Ghullam Handu, Lisa Agustina, 2011). Menurut Taidin ada beberapa definisi motivasi (Suhaimin, 2014):
1.
Motivasi dapat berupa penentu tujuan dan
merupakan motor dari sebuah tindakan yang memiliki efek positif dan negatif.
2.
Motivasi
juga dapat berperan sebagai pendorong.
3.
Motivasi
dapat berupa ketekunan dan kegigihan seseorang untuk mencapai tujuannya.
4.
Motivasi
adalah stimulus yang kuat untuk dapat membuat orang mencapai tujuannya atau
cita-citanya.
5.
Motivasi
dapat membangkitkan keberanian dan semangat juang seseorang.
2.1.2 Teori dalam Motivasi
Dalam bukuknya, Laura menulis beberapa
jenis teori yang dapat menjelaskan definisi motivasi dari pandangan para ahli. Evolutionary approach mengatakan bahwa
motivasi ada untuk membantu manusia selamat dengan adanya insting. Insting
adalah suatu pola tingkah laku yang berlaku secara universal yang sudah ada
tanpa harus dipelajari terlebih dahulu. Teori lainnya menyebutkan bahwa
motivasi terdiri atas drive dan need, ini sesuai dengan drive reduction theory. Contoh drive adalah lapar dan need-nya adalah makanan. Drive dan need akan selalu berdampingan, hanya pada kondisi tertentu, drive tidak selalu muncul bersamaan
dengan need. Teori ketiga adalah optimum arousal theory, dalam teori ini
menyatakan bahwa seseorang mampu bekerja paling baik jika dalam keadaan yang
biasa saja, tidak terlalu bahagia atau tidak terlalu sedih dan putus asa,
sekarang dikenal sebagai Yerkes-Dodson
Law. Ada satu keadaan dimana seseorang sudah terlalu menguasai sesuatu,
sehingga sebuah tindakan menjadi otomatis, hal ini disebut overlearning (King, 2011, pp. 316-317). “Teori behaviorisme
menjelaskan bahwa motivasi berfungsi sebagai rangsangan (stimulus) dan respon.
Sedangkan menurut teori kognitif, motivasi adalah fungsi dinamika psikologis
yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir manusia terhadap aspek
berperilaku” (Nugraheni, 2008).
2.1.3 Pendekatan dalam Motivasi
Teori hierarki Maslow yakni :
a.
Aktualisasi
diri
b.
Kepercayaan
diri
c.
Cinta
dan rasa kepemilikan
d.
Keamanan
e.
Kebutuhan
biologis
Pemenuhan kebutuhan harus dimulai dari
yang paling bawah yakni kebutuhan biologis, jika sudah terpenuhi, maka akan
naik sampai kepada aktualisasi diri. Banyak orang berhenti berkembang ketika
sudah sampai pada tahap keempat, kepercayaan diri (esteem). Beberapa tokoh terkenal yang berhasil sampai kepada
aktualisasi diri contohnya adalah Nelson Mandela dan Mother Teresa. Ada
penelitian lain yang mendukung bahwa cinta adalah salah satu bentuk dari
motivasi. Dikutip dari jurnal Reward, Motivation, and Emotion Systems
Associated With Early-Stage Intense Romantic Love yang mengatakan bahwa kisah cinta yang romantis dikaitkan
pada motivasi dan tujuan yang akan di capai (goal-oriented state) yang dapat
memunculkan emosi tertentu seperti kesenangan dan kecemasan (Arthur Aron, 2005)
Teori pendekatan lainnya adalah self-determination theory yang
berkembang mengikuti hierarki Maslow. Mereka menyebutkan bahwa manusia memiliki
3 jenis kebutuhan. Kebutuhannya adalah kompetensi, hubungan keterikatan (relatedness) dan otonomi.
Kompetensi adalah sesuatu yang dapat
diperoleh ketika sesorang berhasil mengungkapkan apa yang ia inginkan, dalam
kompetensi terdapat self-efficacy dan
mastery. Self-efficacy berarti kepercayaan seseorang bahwa ia memiliki
kompetensi untuk melakukan sesuatu. Mastery
adalah kepercayaan bahwa seseorang mampu mendapatkan kemampuan dan melewati
permasalahan yang ada.
Kebutuhan kedua adalah hubungan
keterikatan atau relatedness, menurut
Baumeister dan Leary ini adalah motivasi terkuat manusia. Relatedness terlihat dalam hubungan orang tua anak, hubungan
persahabatan dan dalam hubungan percintaan. Penolakan seorang individu dalam
kelompok masyarakat dapat membuat individu merasa depresi dan merasa bahwa
hidup tidak berarti.
Otonomi adalah suatu keyakinan yang
dimiliki manusia untuk dapat mengatur hidupnya sendiri. Dengan adanya kontrol
atas diri sendiri maka ia dapat berkembang sesuai dengan apa yang ia harapkan
dan dapat menjadi manusia yang utuh.
2.1.4 Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Ada 2 pembagian besar motivasi, ada
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik ada dari dalam manusia
itu sendiri, sesuai dengan teori yang telah dipaparkan diatas. Motivasi
ekstrinsik adalah sesuatu yang didapat dari luar. Dengan melakukan suatu
tindakan maka seseorang akan mendapatkan hasil dan efeknya. Misalkan dengan
bekerja, maka seseorang akan mendapatkan uang, dengan menjadi orang kaya maka
ia akan menjadi masyarakat kalangan atas. Hal-hal seperti kekayaan dan status
sosial inilah yang disebut sebagai faktor ektrinsik.
2.1.5 Tipe Pencapaian Tujuan
Seperti yang dikutip dalam penelitian
yang dilakukan oleh Faisal Chairul Oktawijaya, ada 2 tipe pencapaian tujuan,
yakni :
·
Performance
goal
·
Learning
goal
Performance goal adalah bagaimana ia
dapat tampil dengan baik dan bagaimana ia akan dinilai dimata orang lain.
Learning goal lebih menekankan pada proses belajar dan pengembangan diri (Oktawijaya).
2.2 Emosi
2.2.1 Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan yang melibatkan
perubahan fisik seperti semakin cepatnya detak jantung, pemikiran yang disadari
(ketika manusia sadar bahwa ia sedang jatuh cinta) dan melibatkan ekspresi
seperti senyum atau menangis (King, 2011). Emosi memiliki
peran penting dalam kehidupan manusia. Kondisi tubuh, pikiran dan wajah menjadi
tanda yang menggambarkan keadaan emosi seseorang.
2.2.2 Faktor-faktor dalam Emosi
a. FaktorBiologis
Arousal
Manusia memiliki sistem dalam
tubuhnya, ada sistem otomatis dan sistem yang disadari kerjanya. Sistem kerja
tubuh yang otomatis adalah seperti sistem kerja jantung, pernapasan dan sistem
pencernaan. Dalam sistem yang kerjanya tidak disadari ini dibagi atas 2 bagian
lagi yaitu simpatetik dan parasimpatetik. Simpatetik berfungsi untuk menaikkan
kerja tubuh misalnya menambah kecepatan denyut jantung sedangkan parasimpatetik
berfungsi untuk menenangkan tubuh.
Alat Ukur
Ada 2 jenis alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kondisi biologis seseorang. SCL (Skin Conductance Level) dan polygraph
atau lie detector. SCL bekerja dengan
cara melihat perubahan pada elektron tubuh terutama ditelapak tangan. Namun, polygraph dianggap kurang mumpuni dalam
medeteksi kebohongan sehingga hasil yang didapat tidak dapat dipercaya secara
akurat.
Teori Emosi
Dua teori terkenal yang menjelaskan
emosi dalam faktor biologis, teori oleh William James (1950) dan Carl Lange
(1922) mengemukakan bahwa emosi terbentuk akibat keadaan fisiologis yang
terjadi karena adanya stimulus dari lingkungan. Teori ini disebut teori
James-Lange. Teori kedua adalah teori Cannon-Bard yang mengatakan bahwa
perubahan fisik terjadi bersamaan dengan munculnya emosi akibat adanya stimulus
dari lingkungan.
Sistem saraf dan Neurotransmiter
Penelitian yang dilakukan oleh Joseph LeDoux dan
teman-temannya menemukan bahwa amygdala yang terletak pada sistem limbik
merupakan pusat yang memunculkan rasa takut (King, 2011, p. 331). Ada 2 jenis pengantaran stimulus ke amygdala, langsung dan tidak langsung. Amygdala selalu mengingat karena ia
memiliki hubungan yang sangat baik dengan korteks cerebral, sehingga ini akan memudahkan kita dalam keselamatan.
Namun menjadi sesuatu yang kurang baik ketika seseorang diharuskan merubah
ketakutannya akan sesuatu (King, 2011, p. 332).
b. Faktor Kognitif
Dalam teori kognitif, peneliti yakin
bahwa dalam setiap emosi terdapat komponen kognitif. Mereka mengatakan bahwa
berpikir itu bertanggung jawab atas perasaan cinta, senang dan sedih. Teori
yang dibawakan oleh Schatcher-Singer mengatakan bahwa emosi terjadi akibat
adanya rangasan fisiologis dan labeling
kognitif. Teori ini dikenal dengan nama two-factor
theory.
c. Faktor Perilaku
Emosi digambarkan melalui verbal dan
nonverbal, dalam faktor ini akan lebih dibahas kepada faktor nonverbal yakni
ekspresi wajah. Menurut facial feedback
hypothesis, emosi yang ditampakkan pada wajah dapat mempengaruhi dan
merefleksikan emosi. Eksperimen yang dilakukan Paul Ekman dan temannya (1983)
mendapatkan hasil yang mendukung teori James-Lange yang mengatakan bahwa emosi
dapat dihasilkan dari perubahan fisiologis pada tubuh (King, 2011,
p. 336).
d. Faktor Sosiokultural
Dikatakan bahwa ekspresi wajah
bernilai universal untuk semua jenis suku manusia dalam menilai ekspresi dan
emosi. Perbedaan yang ada terdapat pada peraturan penampilan atau display rules yang berarti standar
sosiokultural dimana, kapan dan bagaimana suatu ekspresi harus dibuat. Selain
ekspresi wajah, bahasa tubuh juga bervariasi di setiap wilayah. Di Yemen, Timur
Tengah, laki-laki saling berciuman adalah hal yang wajar, sedangkan di Amerika
hal itu tidak lazim. Contoh lainnya adalah negara Yunani, mengacungkan jempol
sama artinya dengan memberikan jari tengah di Amerika. Oleh karena perbedaan
itu, maka haruslah menjaga sikap ketika berpergian ke tempat baru dan asing.
2.2.3 Klasifikasi Emosi
Valensi
Valensi adalah emosi yang menunjukkan
perasaan senang dan sedih. Ada dua jenis emosi, efek positif dan efek negatif. Efek
positif contohnya adalah emosi suka cita, kebahagiaan. Efek negatif adalah
emosi kesedihan, rasa bersalah dan marah (King, 2011, p. 338).
Arousal Level
Arousal
level emosi adalah
tingkat dimana emosi direfleksikan dalam keaktifan, kesenangan individu melawan
kepasifan, ketenangan individu. Kesenangan dan kebahagiaan adalah contoh high-arousal positive emotions, kepuasan
dan ketenangan termasuk dalam low-arousal
positive emotions. High-arousal negatif
emotions contohnya adalah kemarahan dan low-arousal-nya
adalah rasa bosan. Valensi dan arousal
level merupakan dimensi independen yang menggambarkan banyak jenis emosi.
2.2.4 Mencapai Hidup yang Lebih Memuaskan
Seperti
yang diketahui sebelumnya bahwa emosi ada terbagi menjadi 2 bentuk, emosi yang
positif dan negatif. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia perlu meningkatkan
rasa kepuasan terhadap hidupnya agar memiliki lebih banyak emosi positif yang
dimilikinya. Ini adalah 8 langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa
kepuasan terhadap hidup (Wallis, 2004) :
1.
Hitunglah
jumlah berkat yang kamu terima
2.
Latihlah
perbuatan baik
3.
Ingatlah
kenangan yang membahagiakan
4.
Berterima
kasihlah kepada yang mengajari
5.
Belajar
memaafkan
6.
Luangkan
waktu untuk keluarga dan teman
7.
Jaga
kesehatan
8.
Temukan
cara tepat mengatasi stres dan kendala hidup
2.3 Manusia
2.3.1 Pengertian Manusia
Pengertian
manusia seperti yang dikutip dalam KBBI Online adalah “makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain)” (kbbi.web.id). Menurut Sokrates,
“manusia adalah makhluk berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan
lebar”.
Manusia dapat
dibagi menjadi tiga bagian besar. Masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam
makalah kali ini penulis akan mengambil subjek manusia peralihan remaja ke
dewasa. Manusia dikatakan sebagai peralihan menuju dewasa ketika sudah berusia 18 tahun hingga 25 tahun. Ciri utama
yang dimiliki oleh manusia dalam rentang usia demikian adalah eksplorasi
identitas diri, masih dalam tahap tidak stabil, berpusat kepada dirinya
sendiri, dan memilki kesempatan dan akses kepada hal apapun yang dapat mengubah
hidupnya (King, 2011).
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut penulis, motivasi dan emosi
memanglah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Emosi dapat berdiri sendiri
melalui kejadian sehari-hari, namun motivasi membutuhkan emosi sebagai wadah
untuk dapat menjalankan fungsinya. Motivasi adalah salah satu faktor penting
dalam kemajuan dan kelangsungan hidup manusia. Penulis berpendapat apabila
manusia tidak memilki motivasi atau dorongan atas kehidupannya, maka manusia
tidak akan bisa berada pada zaman seperti sekarang ini.
Adanya dorongan yang dirasakan
manusia untuk mencapai hidup yang lebih baik merupakan faktor motivasi terbesar
untuk seorang individu melanjutkan hidupnya. Adanya apresiasi yang besar
terhadap nilai dan keberadaan manusia juga menjadi nilai yang paling membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sebagai makhluk hidup yang memiliki akal
budi, maka manusia dapat memiliki kehidupan yang lebih daripada hewan.
Motivasi secara intrinsik sangat berpengaruh
daripada motivasi ekstrinsik. Jika seorang individu memiliki motivasi secara
intrinsik, maka kemungkinan ia akan mencapai tujuannya akan lebih besar. Ambil
contoh seorang mahasiswa yang memilki motivasi untuk mendapatkan IP 4 hanya
untuk mendapatkan uang karena ia ditantang oleh temannya. Sekali ia sudah
mencapai tujuannya, maka kemungkinan ia akan kehilangan dorongan untuk
mempertahankan nilainya. Apabia ia memiliki motivasi dari dalam dirinya
sendiri, maka ia akan lebih mampu dan memiliki kemauan yang lebih untuk
mempertahankan nilainya.
Emosi juga memainkan peranan yang
penting dalam menanggapi suatu hal. Emosi yang memutuskan bagaimana cara yang
harus ditampilkan dalam menghadapi suatu kondisi. Dalam pemberian motivasi
juga, emosi yang mengatur bagaimana efek suatu motivasi diberikan pada seorang
individu.
Kemampuan manusia untuk
mengembangkan emosinya menjadi kunci yang utama. Memiliki emosi yang stabil
dapat membantu manusia menghadapi kehidupan. Dengan adanya kesadaran bahwa
tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki, maka hidup
seorang individu akan lebih bahagia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan diatas maka
didapat kesimpulan bahwa emosi dan motivasi memiliki hubungan yang erat. Pada
manusia, emosi berperan penting dalam mempengaruhi pandangan manusia terhadap
hal. Keberadaan motivasi diperuntukkan untuk membantu dan mendorong manusia
menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Motivasi yang baik dan memiliki
kecenderungan efek yang lebih kuat adalah motivasi yang didapat dari intrinsik
manusia. Dorongan yang didapat dari dalam dan disadari sepenuhnya oleh seorang
individu akan memilki kecenderungan yang lebih besar untuk bertahan.
4.2 Saran
Manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki akal budi sudah sepantasnya mengembangkan emosinya. Jika seorang
individu dapat mencapai kestabilan emosi dan memiliki motivasi yang positif
maka ia akan cenderung memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Kesadaran diri
atas keadaan yang dialami oleh suatu individu adalah hal yang harus
dikembangkan dan diterima seutuhnya oleh seorang individu. Menjadikan keadaan
yang ia miliki sebagai alat positif untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
atau mencapai kebahagiaan adalah hal yang harus dikembangkan dan diajarkan
kepada setiap individu.
Daftar Pustaka
Arthur Aron, H. F. (2005). Reward, Motivation, and
Emotion Systems Associsted With Early-Stage Intense Romantic Love.
Ghullam Handu, Lisa Agustina. (2011). Pengaruh
Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar . Studi
Kasus terhadap Siswa Kelas IV SDN Tarumanegara Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya, 83.
kbbi.web.id. (n.d.). Retrieved January 19, 2015, from http://kbbi.web.id/manusia
King, L. (2011). The Science of Psychology 2. In L.
King, The Science of Psychology 2 (p. 316). New York: Mc Graw-Hill.
Nugraheni, F. (2008). Hubungan Moitvasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar. Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMK,
2.
Oktawijaya, F. C. (n.d.). Motivasi Belajar pada
Anak-Anak yang Berprofesi Sebagai Loper Koran yang Bersekolah.
Suhaimin, T. (2014). Definisi Motivasi: ugmc.
Retrieved 12 22, 2014, from
http://www.ugmc.bizland.com/ak-definisimotivasi.html
Wallis, C. (2004). The New Science of Happiness.
0 komentar:
Posting Komentar