Minggu, 18 Januari 2015

Ringkasan Psychologist's Companion



Chapter 10
What Makes A Good Paper Great?
                Dari 540 makalah yang dimasukkan dalam pembuatan bab kali ini, duapertiganya dikategorikan dalam “sama sekali tak berguna”, seperempatnya dikategorikan “biasa saja” dan hanya sepersepuluh yang dikategorikan “layak” . Makalah yang dianggap “layak” adalah makalah yang dalam tulisannya dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan dan membuka lahan baru penelitian.
                Dalam menilai kualitas suatu makalah ada 8 standar evaluasi yang dapat dijadikan acuan penilaian, yakni:
a.       Makalah memiliki satu atau lebih hasil yang mengejutkan tetapi masuk akal dalam teorinya.
b.      Makalah memiliki arti dan berguna secara teori dan praktis.
c.       Ide dari makalah baru dan segar, jika memungkinkan memiliki sudut pandang baru terhadap masalah lama.
d.      Interpretasi hasil makalah tidak ambigu.
e.      Makalah memiliki cara dan kerangka yang lebih sederhana yang sebelumnya membutuhkan cara yang rumit dan panjang.
f.        Makalah membongkar ide yang dulu tertahan.
g.       Makalah menyajikan penelitian eksperimental dengan manipulasi eksperimen.
h.      Hasil temuan disajikan secara umum dalam makalah.
Empat Sinopsis Makalah Psikologi
1.       Sinopsis Makalah Miller (1956) “The Magical Number Seven Plus or Minus Two: Some Limits on our Capacity for Processing Information”
Dalam penelitiannya Muller berhasil menemukan beberapa batasan yang ada dalam memori manusia.
a.       Rentang Penilaian yang Absolut
Penelitian Pollack pada tahun 1952 melibatkan peserta penelitian untuk membedakan berbagai macam nada yang berada dalam frekuensi 100-8000 putaran per detik dengan jeda yang diberikan sesuai dengan logaritma frekuensi. Hasil dari penelitian peserta memiliki sedikit kesulitan dalam membedakan 2 buah nada dan mengalami banyak kesulitan dalam membedakan 14 nada. Peserta hanya mampu membedakan maksimal 6 jenis nada yang berbeda.
Penelitian Garner (1953) tentang intensitas kekerasan suara menggunakan rentang 15-110 desibel dengan kondisi 4,5,6,7,10,20 intensitas kekerasan suara yang berbeda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peserta hanya mampu membedakan sekitar 5 jenis kekerasan suara tanpa kesalahan sedikitpun.
Beebe-Center, Rogers dan O’Connell melakukan penelitian tentang intensitas rasa pada makanan. Tingkat keasinan dengan variasi tingkat garam menunjukkan bahwa peserta penelitian mampu merasakan 4 jenis tingkat keasinan yang berbeda.
Dalam penelitian lainnya ditemukan bahwa manusia mampu membedakan 5 jenis warna, 6 jenis tingkat kecerahan. Penelitan menggunakan vibrator di dada peserta menghasilkan penemuan bahwa manusia dapat merasakan 4 jenis getaran, 5 durasi yang berbeda dan 7 posisi getaran yang berbeda.
Miller semakin menguatkan penemuannya, seperti yang diukur dengan penilaian absolut stimulus unidimensional dan batasan manusia dalam mengolah informasi (yang sering disebut channel capacity) memiliki rentang interval yang sangat kecil. Intervalnya berkisar pada 7 ±2 tak menghiraukan modalitas sensori,jenis stimulus dalam modalitas dan rentang stimulus dalam modalitas.
b.      Rentang Atensi atau Perhatian
Kaufman, Lord, Reese dan Volkmann pada tahun 1949 melakukan penelitian dengan memberikan peserta penelitan 1-200 lingkaran dalam waktu 0.2 detik yang dimunculkan secara cepat dan peserta harus menyatakan dengan tepat berapa jumlah lingkaran yang muncul. Hasil penelitian membuktikan bahwa manusia hanya mampu mengingat 5 atau 6 buah posisi lingkaran dengan benar. Hasil ini masih berada dalam rentang  7 ±2 yang ditemukan oleh Miller.
c.       Rentang Ingatan Cepat (Immediate)
Bayangkan anda diberikan rentetan angka dan kemudian disuruh untuk mengulangi angka yang telah dimunculkan beberapa saat yang lalu. Kebanyakan orang akan mempu mengingat hingga 7 digit angka. Hal ini berlaku sama dengan kata atau kalimat yang penyusunannya diacak.
d.      Batasan pada Tujuh Plus Minus Dua
Seperti yang diketahui bahwa pada kehidupan sehari-hari, manusia mampu membedakan lebih dari 7 buah muka, kata dan kaliamat, tetapi manusia memiliki batasan pada 7 kategori tersebut. Ada 3 cara penting yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membedakan (distinguish) kita.
Cara pertama, menggunakan nilai relative daripada terpaku pada nilai yang absolut. Bayangkan kita disuruh membedakan jenis nada berpasangan yang berturut maka akan lebih mudah dan kita akan mampu membedakan lebih dari 7 buah nada yang memiliki nada yang lebih tinggi.
Cara kedua adalah dengan cara menggunakan lebih dari satu dimensi dengan variasi stimulis. Dalam kehidupan sehari-hari kita mampu membedakan lebih dari 7 jenis hal yang sama dikarenakan perbedaan yang ada disertai dengan dimensi yang berbeda juga. Coba saja penelitian tentang nada disertai dengan tingkat kekerasan suaranya, kita akan bisa membedakan nadanya lebih banyak. Jika pola lingkaran dibuat lebih sistematis, seperti membentuk kotak yang berisi 5 kali 5, maka kita tak akan mengalami kesulitan melihat bahwa dilayar ada 25 buah lingkaran. Dimensi yang multi (banyak) meningkatkan kapasitas seseorang untuk membedakan berbagai macam stimulus.
Cara ketiga adalah dengan membuat tugas atau penelitian yang mengharuskan peserta melakukan beberapa penilaian absolut berturut-turut.
Dalam kondisi seperti apakah manusia terbatas pada 7 ±2 dan kondisi seperti apa yang tidak terbatas pada hal itu?
1.       Ketika manusia disuruh menghapalkan angka yang diacak, maka biasanya manusia dapat mengingat hingga 9 angka. Misalkan ada angka 001011010 mungkin akan mudah mengulang angkanya setelah beberapa kali berlatih, tapi ketika diberikan angka 0010101001110101 maka kemungkinannya akan tidak mampu mengulang kembli. Caranya adalah dengan mengelompokkan 3 digit masing masing dan memasukkan mereka kedalam rentetan ingatan yang lebih besar.
Misalkan :
000 = 0                  010 = 2
001 = 1                  011 = 3
Dengan cara ini manusia akan mampu mengingat lebih dari 30 rentetan angka dibandingkan sebelumnya yang hanya mampu mengingat 10 digit angka.
2.       Contoh lain dapat dilihat ketika petugas telegram pertama kali belajar membedakan dahs dan dits, mereka lebih mudah mengingat bahasa telegram setelah mereka menyamakannya seperti huruf.
3.       Ketiga adalah contoh ketika seseorang disuruh mengulang kalimat dalam bahasa ibunya, mungkin ia akan dapat mengulang lebih dari 7 kata atau kalimat. Bandingkan ketika seseorang disuruh mengulang kalimat atau kata dari bahasa asing, mungkin ia akan dapat mengulang dibawah 7 kata atau bahkan 7 silabel.
Dari contoh-contoh diatas tampak betapa pentingnya encoding falam menilai dan mengingat. Pentingnya sususan yang hierarki, tingkat urutan yang lebih tinggi (seperti pada contoh 1), kita mampu memproses lebih banyak informasi.  
2.       Experimental Investigation of Forced Compliance
Dalam penelitian yang dilakukan Festinger dan Carlsmith pada tahun 1959 tentang “Cognitive Consequences of Forced Compliance” meneliti hubungan bagaimana jika seseorang dipaksa untuk mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ia pegang. Dengan diadakannya penelitian yang lebih lanjut menghasilkan 2 buah teori yang berbeda.
Menurut King dan Janis (1954) perubahan pendapat adalah fungsi dari latihan mental dari pendapat yang sebelumnya diberitahu. Cara paling tepat untuk ini adalah memaksa subjek untuk memikirkan konsep baru dan melatih pendapat baru untuk mendukung pendapat sebelumnya.
Festinger (1957) membuat pernyataan yang lain. Ia menyatakan bahwa tekanan yang cukup akan memaksimalkan perubahan pendapat. Jika tekanan yang didapat terlalu banyak, ini akan menurunkan kesempatan perubahan pendapat.          
Festinger mengadakan penelitian yang terdiri atas 3 buah kelompok, 1 kelompok dibayar $1 dan disuruh untuk mengajak orang yang tidak tahu apa-apa tentang tujuan dari penelitian ini dan kelompok lainnya diberikan $20 dan diberikan kebohongan yang sama. Kelompok ketiga adalah kelompok kontrol dan hanya perlu menulis laporan tentang eksperimen tanpa harus membujuk orang lain untuk mengatakan bahwa eksperimen ini menyenangkan.
Sesuai dengan teori Festinger maka harusnya kelompok yang diberikan $20 harusnya lebih termotivasi dan semangat untuk membujuk orang lain
Metode yang digunakan adalah sebanyak 71 peserta yang merupakan mahasiswa pengantar psikologi Stanford University yang berpartisipasi dalam “Measures of Performance”. Peserta diberikan pekerjaan yang monoton dan membosankan. Mereka diminta untuk meletakkan 12 kumparan dalam nampan dan diminta untuk melakukannya selama setengah jam. Tugas kedua yang diberikan adalah untuk memutar 48 pasak seperempat lingkaran searah putaran jarum jam dan ini berlangsung selama 30 menit juga. Mereka diminta bekerja dengan satu tangan saja dan menggunakan kecepatan mereka sendiri. Selagi mereka melakukan tugasnya, peneliti mengamati penampilan para peserta.
Para peserta diberikan debriefing palsu yang menyatakan bahwa dalam penelitian ada 2 buah kelompok. Kelompok satu hanya perlu masuk kedalam ruangan dan mengerjakan tugas, kelompok lainnya diberitahu bahwa eksperimen ini akan menarik dan menyenangkan.
Subjek yang diberikan $1 dan $20 diberikan debriefing palsu lainnya, dikatakan pada mereka bahwa peneliti tidak dapat hadir pada hari itu karena ada urusan penting. Peneliti memutuskan untuk mengajak subjek menjadi pembantu peneliti dan mereka akan dibayar $1 atau $20 sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Para subjek bersedia menjadi pembantu dalam penelitian lalu diperkenalkan pada subjek penelitian yang lain yang sebenarnya adalah pembantu penelitian yang asli.
Setelah melakukan hal itu, para subjek diminta untuk mengisi kuisioner kepuasan terhadap penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang dibayar dengan $1 lebih merasa senang melakukan eksperimen ini dibandingkan peserta yang dibayar $20. Para peneliti lalu memberikan penjelasan yang benar terhadap tujuan dan proses kerja eksperimen.
Hasil dari penelitian ini mendukung teori Festinger (1957) dan dapat ditarik 2 kesimpulan utama dari penelitian yang dilakukan Festinger dan Carlsmith (1959) ini, yakni :
a.          Jika seseorang harus mengatakan atau melakukan sesuatu yang bertolakbelakang dengan prinsipnya maka akan ada kecenderungan untuk seseorang mengubah pendapat mereka akan dapat berhubungan dengan yang ia katakana atau lakukan.
b.      Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin kecil kemungkinan seseorang akan mengubah pendapat atau tindakannya.
3.       An Experimental Investigation of Organization in Memory
Ambil contoh seseorang diminta membaca sebuah daftar kata dan kemudian diminta untuk mengulang kembali kata-kata itu dalam urutan apapun, pada percobaan kedua subjek diberikan daftar dengan urutan lain dan kemudian mengulangi lagi kata-katanya. Pasti pada percobaan kedua akan lebih banyak kata-kata yang diingat dan berhasil diulang.
Sesuai dengan teori frekuensi, semakin sering seseorang mengulang atau mendengar suatu kata maka semakin besar kemungkinan ia berhasil mengulang kata tersebut. Pandangan lainnya berasal dari Miller (1956) tentang recording dan unitization yang disebut sebagai teori organisasi. Pandangan teori ini berpendapat kemampuan recall atau pengulangan berdasarkan pengorganisasian pada tingkat yang lebih tinggi yang tidak akan lebih dari 7±2 hal yang dapat diulang.
Penelitian yang dilakukan oleh Tulving (1966) dilakukan untuk membedakan konflik yang terjadi antara 2 teori diatas. Hasil yang didapat dari penelitiannya adalah semakin tinggi frekuensi pengulangan seseorang maka akan membuat seseorang malah semakin sulit mengulang jika pengulangan yang dilakukan mengganggu susunan unit yang lebih tinggi.
Metode yang digunakan Tulving adalah dengan menyediakan 18 daftar kata yang diberikan kepada subjek penelitian. Mereka diberikan 8 kali kesempatan untuk melakukan pengulangan bebas untuk mengulang sebanyak mungkin kata. Para subjek dibagi kedalam dua kelompok, kelompok terkontrol mendapatkan 36 kata baru sedangkan kelompok lainnya mendapatkan 18 kata lama dan 18 kata baru. Mereka masing-masing diberikan 8 percobaan untuk menghapalkan daftar kedua.
Sesuai dengan pandangan teori frekuensi maka harusnya kelompok yang bebas akan lebih cepat menghapal dan memiliki performa akhir yang lebih baik dibandingkan kelompok terkontrol. Sedangkan pandangan teori organisasi mengatakan bahwa kelompok terkontrol akan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan kelompok bebas karena pada daftar pertama sudah terbentuk urutan unit yang lebih tinggi sehingga ketika harus menghapal daftar kedua maka kemungkinan akan mengganggu urutan unit yang lebih tinggi tadi dan menolak informasi baru sehingga menghambat pengulangan untuk daftar kedua.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan dukungan kepada teori organisasi. Tidak menerima informasi yang saling menimpa akan meningkatkan kemampuan mengulang seseorang. Hasil ini terulang ketika Tulving mencobanya lagi kepada subjek lainnya dengan daftar yang sudah dipotong setengahnya. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori frekuensi yang mengatakan bahwa pengulangan dapat meningkatkan kemampuan mengulang atau recall.
4.       An Imaginary Experiment on Person Perception
Dymond (1949,1950) membuat suatu pengukuran terhadap empati. Empati adalah penilaian akurat terhadap orang lain. Semakin tinggi rasa empati seseorang berkaitan dengan semakin tingginya IQ seseorang berdasarkan alat ukur Weehsler-Bellevue Adult Intelligence Scale. Ini menjadi dasar dalam penelitian khayalan ini.
McDumbo melakukan observasi hubungan antara tingkat empati dan IQ dan mendapati kemungkinan ada 2 faktor yang menyebabkan kedua variabel ini berhubungan. Pertama adalah kemungkinan menggambarkan hubungan yang asli antara empati dan nilai IQ. Kedua adalah factor yang dibuat sehingga mampu menghasilkan skor IQ yang lebih tinggi pada alat ukur Weehler-Bellevue Adult Intelligence Scale.
Hasil dari penelitian yang dilakukan McDumbo membingungkan. Ia membagi subjek penelitian menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama diberikan tes IQ Weehler-Bellevue yang dicetak menggunakan mesin dan satu kelompok lainnya diberikan tes IQ Weehler-Bellevue yang dibuat secara manual. Hasilnya menunjukkan kecenderungan adanya hubungan nilai IQ dengan empati, tetapi perbedaan nilai yang terdapat pada keterampilan manual pada lembar tes dan kemampuan IQ adalah komponen yang penting dalam empati.
Delapan Standar dalam Mengevaluasi Kontribusi Ilmu Pengetahuan dalam Makalah Psikologi
1.       Makalah memiliki satu atau lebih hasil yang mengejutkan tetapi masuk akal dalam teorinya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Miller dan kehadiran angka 7 yang banyak dan teori organisasi ternyata lebih dapat digunakan untuk melakukan recall dibandingkan teori frekuensi. Penelitian Festinger dan Carlsmith (1959) menunjukkan bahwa peserta yang dibayar hanya dengan $1 merasa lebih senang dibandingkan peserta yang dibayar $20. Ini sesuai dengan teori disonansi (ketidaksesuaian) yang dipaparkan oleh Festinger pada tahun 1957. Penelitian yang dilakukan Tulving (1966) tentang pengorganisasian memori dan hasilnya mendukung teori organisasi yang disampaikan oleh Miller.
2.        Makalah memiliki arti dan berguna secara teori dan praktis.
Hasil dari penelitian Miller memberikan pemahaman bahwa manusia dapat meningkatkan kemampuan memorinya dengan cara urutan unit yang lebih tinggi dengan cara chuncking. Penelitian Festinger dan Carlsmith membawa pengaruh signifikan pada teori karena menemukan bahwa teori disonansi lebih baik dibandingkan teori penguatan (reinforcement) dalam mengubah pandangan pribadi seseorang. Hal ini juga terbukti dalam praktek keseharian. Teori organisasi harus lebih digunakan dibandingkan teori frekuensi dalam hal menghapal, hal ini didapat dari hasil penelitian Tulving (1966).
3.       Ide dari makalah baru dan segar, jika memungkinkan memiliki sudut pandang baru terhadap masalah lama.
Tiga makalah sebelumnya membahas persoalan lama dan menemukan sesuatu yang baru dengan hasil yang diluar dugaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan McDumbo tidak memiliki apapun untuk dibahas.
4.       Interpretasi hasil makalah tidak ambigu.
Ambiguitas tidak bisa dihilangkan namun dapat diminimalisir. Dari 4 penelitian yang dibahas, tingkat ambiguitas terbesar terdapat pada penelitian McDumbo sedangkan ketiga penelitian lainnya memiliki tingkat ambiguitas yang jauh lebih kecil. Dalam penelitian Miller (1956), teori informasi sudah memudar dari ilmu psikologi. Menurut Bem (1967), hasil penelitian Festinger dan Carlsmith (1959) dapat dijelaskan dengan self-perception theory dan teori disonansi. Penelitian Tulving juga dapat menggunakan teori diskriminasi daftar dibandingkan teori organisasi.
5.       Makalah memiliki cara dan kerangka yang lebih sederhana yang sebelumnya membutuhkan cara yang rumit dan panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Miller adalah contoh terbaik. Ia menggabungkan penilaian absolut, perhatian dan memori dalam satu penelitian. Ketiga hal ini bisa diteliti sebagai satu kesatuan, namun Miller tidak menganggap bahwa ketiga hal ini adalah kapasitas tunggal.
6.       Makalah membongkar ide yang dulu tertahan.
Penemuan Festinger dan Carlsmith (1959) mengguncang pernyataan umum bahwa semakin besar tekanan yang diberikan maka akan semakin kecil kemungkinan perubahan pendapat pribadi yang akan terjadi. Tulving (1966) juga mengejutkan masyarakat bahwa pengulangan tidak efektif dalam menghapal.
Waktu adalah faktor penting dalam membongkar sebuah teori. Jika orang sudah percaya pada keabsahan suatu teori maka akan lebih sulit untuk memasukkan teori baru dalam pandangan masyarakat. Apabila masyarakat sudah sangat mempercayai sebuah teori, lalu muncul sebuah teori baru yang tak bisa saling mendamaikan maka teori baru itu berhasil dalam membongkar teori lama.  
7.       Makalah menyajikan penelitian eksperimental dengan manipulasi eksperimen.
Paradigma yang dibawakan oleh Festinger dan Carlsmith dan oleh Tulving sangat pintar dan menjadikan penelitian mereka lebih menarik. Jenis lain dari penelitian Tulving terus bermunculan dalam penelitian tentang memori
8.       Hasil temuan disajikan secara umum dalam makalah.
Teori chunks dan teori urutan unit yang lebih tinggi oleh Miller (1956) memiliki sifat teori yang sangat mudah diaplikasikan ke banyak permasalahan performa kognitif. Teori disonansi Festinger (1957) juga disenangi oleh para peniliti karena dapat digunakan dalam banyak variasi aktivitas kehidupan. Teori organisasi Tulving (1966) juga agaknya dapat digunakan dalam penelitian tentang memori dan berbagai macam materialnya. Makalah penelitian yang memenuhi standar seperti inilah yang akan bertahan dan diingat.  

0 komentar:

Posting Komentar